Jaringan yang lunak di atas fistula di dalam tulang alveolar mungkin juga mempunyai pustule ( lesi kecil, tinggi / menonjol, berbatas, berisi nanah berada diantara kulit atau jaringan rongga mulut ) di dalam mulut atau di luar rongga mulut. Letak dari pustule sebagian besar ditentukan oleh hubungan antara fistula dan perlekatan jaringan-jaringan otot di atasnya. Sekali lagi, infeksi akan mengikuti jalan yang paling sedikit perlawanannya. Perlekatan otot ke tulang berperan sebagai penahan penyebaran infeksi, tidak seperti jaringan lunak lainnya pada wajah.
Cellulitis pada wajah dan leher dapat terjadi oleh karena infeksi gigi, menyebabkan pembengkakan yang tidak berbatas, tersebar pada rongga jaringan lunak. Tanda dan gejala klinisnya adalah rasa sakit, rasa perih, kemerahan, dan bengkak yang tidak berbatas meliputi rongga jaringan lunak, menyebabkan pembengkakan yang besar dan keras. Mungkin juga terjadi dysphagia atau terbatasnya membuka mata, jika cellulitis terjadi pada faring atau mengitari daerah mata tersebut. Biasanya, infeksi tetap lokal dan membentuk bengkak di wajah, jika tidak dirawat pada fase awalnya, mungkin akan menyebar pada permukaan wajah. Tanpa perawatan, cellulitis dapat menyebar ke seluruh wajah, karena lubang lubang pada tulang sekitarnya. Cellulitis diobati dengan antibiotik dan menghilangkan penyebab dari infeksi tersebut.
Jenis luka / lesi lain yang berhubungan dengan infeksi gigi adalah osteomyelitis, pembengkakan pada sumsum tulang. Osteomyelitis dapat secara local melibatkan tulang di dalam tubuh atau menyebar. Radang ini berkembang dari masuknya bakteri pathogen ke jaringan tulang panjang, biasanya melalui kulit atau infeksi saluran nafas (faring). Untuk yang melibatkan tulang rahang, bakterinya paling sering dari pembengkakan periapikal, dari sebuah perluasan atau sambungan cellulitis, atau dari kontaminasi pada saat operasi. Osteomyelitis seringkali terjadi di rahang bawah dan jarang terjadi pada rahang atas, karena rahang bawah mempunyai cortical plate yang lebih tebal dan vaskularisasi (aliran darah) yang lebih sedikit.
Kelanjutan dari osteomyelitis adalah resorpsi tulang dan pembentukan sequestra. Kerusakan tulang mudah di deteksi melalui evaluasi radiografi (rontgen). Paresthia, dibuktikan dengan rasa terbakar atau tertusuk, dapat terjadi pada rahang bawah jika infeksi melibatkan saluran di rahang tempat syaraf inferior alveolar. Paresthesia pada bibir bawah mungkin terjadi jika infeksi berada di bagian distal dari mental foramen tempat keluarnya syaraf mentalis. Perawatan termasuk di antaranya pengeluaran cairan nanah, operasi pengambilan sequestra, pemberian antibiotika, dan pada beberapa pasien digunakan tambahan oksigen hyperbaric.
Pasien Dengan Daya Tahan Tubuh Rendah :
Flora normal pada umumnya tidak menyebabkan proses infeksi. Namun apabila, pertahanan tubuh penderita menurun, mereka dapat menimbulkan opportunistik infeksi. Pasien – pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah adalah mereka yang menderita AIDS, diabetes tipe I, dan yang menjalani terapi penyinaran atau radiasi. Beberapa pasien, mempunyai resiko komplikasi yang lebih tinggi terhadap infeksi giginya. Para pasien yang termasuk di dalam kategori tersebut beresiko terinfeksi endocarditis.
Penyebaran Infeksi Gigi :
Banyak infeksi yang pada awalnya berasal dari gigi dan jaringan sekitar rongga mulut dapat mempunyai efek yang serius jika menyebar ke jaringan atau organ tubuh yang vital atau penting. Biasanya bengkak yang berbatas membentuk fistula pada kulit, jaringan mulut, atau tulang, sehingga fistula tersebut dapat menjadi saluran keluarnya infeksi secara alami dan menghilangkan resiko penyebaran infeksi tersebut. Proses ini dapat dihalangi dengan perawatan gigi atau perawatan medis. Terkadang, infeksi gigi dapat menyebar ke sinus pada hidung, melalui peredaran darah, atau melalui limfa.